Keridhoan orang tua adalah keridhoan Allah Ta’ala, begitu pun sebaliknya, ketika orang tua murka terhadap kita, maka Allah pun murka kepada kita. Selama yang dibenci atau dimurkai orang tua terhadap kita adalah dalam perkara yang memang mungkar. Bukan perkara yang dimana orang tua benci karena kita ada dalam kebenaran.
Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”Hadits riwayat Hakim, ath-Thabrani.
Dari hadits tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa seorang anak wajib berusaha membuat orang tuanya ridha. Dalam hadits tersebut, Rasulullah menyebutkan bahwa ridha Allah bergantung pada ridha orang tua. Sama halnya dengan mencari ridha Allah yang merupakan suatu kewajiban, demikian pula dengan mencari ridha orang tua.
Banyak orang yang bersungguh-sungguh untuk mencapai keridhoan Allah, justru Allah enggan untuk meridhoinya, meskipun ibadahnya banyak, karena dia menelantarkan orang tua, dan orang tua tidak ridho kepadanya.
Selain itu Haram melakukan segala sesuatu yang memancing kemarahan kedua orang tua. Sama halnya dengan mengundang kemarahan Allah yang merupakan suatu keharaman, demikian pula dengan melakukan sesuatu yang dapat memancing kemarahan mereka.
Di dalam hadits tersebut juga Terdapat hubungan sebab-musabab. Berbakti kepada orang tua merupakan sebab, Adapun ridha Allah dan ridha orang tua merupakan musabab.
Sebagian ulama berpendapat keridhaan orang tua wajib diprioritaskan ketimbang melakukan amalan wajib yang hukumnya fardhu kifayah seperti jihad. Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin ‘Amru radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan.
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الجِهَادِ، فَقَالَ: «أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟»، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
Seorang pria mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta izin beliau agar diberangkatkan berjihad. Maka beliau bertanya.”Apakah kedua orang tua Anda masih hidup?.” Pria tersebut menjawab”Iya.” Maka Nabi pun berkata,”Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.” hadits Shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim.
Selain itu Segala bentuk interaksi yang mampu mendatangkan ridha orang tua tercakup dalam pengertian berbakti kepada kedua orang tua. Demikian pula sebaliknya, segala bentuk interaksi yang mengundang kemurkaan mereka tercakup dalam tindakan durhaka kepada kedua orang tua.
Oleh karena itu, Mendatangkan keridhaan orang tua dengan cara menaati perintah mereka merupakan salah satu bentuk berbakti. Namun, hal tersebut memiliki batasan selama perintah mereka tidak bertentangan dengan perintah Allah. Apabila perintah keduanya bertentangan, maka wajib memprioritaskan ridha Allah di atas ridha makhluk.
Perlu diketahui juga bahwa Ridha orang tua merupakan sebab terkabulnya do’a sang anak. Karena dengan keridhoan orang tualah, anak tersebut akan memiliki posisi yang mulia di sisi Allah sehingga dia memiliki kesempatan yang besar untuk bisa mendapat ridho Allah, jika Allah ridho, maka doanya berpeluang besar untuk dikabulkan. Contohnya adalah Uwais al-Qorni. dia adalah seorang yang berbakti kepada ibunya, sehingga Allah mengistimewakannya dengan kemuliaan dan pengabulan doa.
Bahkan Rasulullah sholallahu alaihi wa salam memerintahkan sahabat umar untuk meminta doa pengampunan kepadanya.S emoga Allah memberi kita kemuliaan dengan memberi kesempatan dan petunjuk kepada kita untuk berbakti kepada kedua orang tua.
Semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar